Sari Roti Menyakiti Kaum Muslimin


Seorang CEO muda berbakat yang juga pelanggan Sari Roti bersuara terkait klarifikasi salah satu perusahaan roti terbesar di negeri ini. Menurutnya, klarifikasi Sari Roti sangat berlebihan, berdampak pada penurunan penjualan, dan menyakiti perasaan kaum Muslimin.

Apa yang sebaiknya dilakukan oleh Sari Roti dan kaum Muslimin?

Sebagai insan profesional bisnis, Saya terpanggil untuk memberikan komentar dan pandangan atas klarifikasi dan pengumuman yang dilakukan oleh pihak Sari Roti.

Tulisan berikut adalah sebuah pandangan objektif yang semoga dapat menjadi bahasan di internal Sari Roti. Sebuah masukan dari customer yang selalu membeli Roti Cokelat Srikaya dalam setiap perjalanan, ketika mampir di Indomaret atau Alfamart.

Pengumuman ini tentu dipicu oleh visual hawker tricycle Sari Roti yang tertempel "GRATIS" saat aksi 212. Masyarakat tentu mengetahui bahwa pembagian gratis tersebut dikarenakan seorang pembeli yang memborong semua roti. Tidak ada sangkaan bahwa Sari Roti menggratiskan. Pedagang pun modalnya terbatas, dan andaikata si pedagang yang menggratiskan, masyarakat pun tidak akan pernah berfikir bahwa hal ini adalah keputusan Sari Roti Pusat.

Jika pun benar-benar digratiskan dari pusat, tentu tempelan gratisnya sudah dibranding dengan visual Sari Roti, bukan tempelan kertas biasa.

Maka dari itu, Saya secara pribadi memberi masukan kepada Manajemen Sari Roti untuk :
Mengevaluasi Tim Public Relation Perusahaan

Menurut Saya, tindakan klarifikasi ini berlebihan dan berdampak pada turunnya penjualan Sari Roti di berbagai kanal. Karena tanpa kalrifikasi pun, masyarakat tidak akan mengaitkan brand Sari Roti dengan aksi 212.

Poin-poin pada klarifikasi juga sangat tendesius. Ada kalimat menjaga kesatuan NKRI dan kebhinnekaan. Seakan-akan aksi 212 tidak mendukung NKRI dan kebhinekaan. Dan itu pasti menyakitkan kaum muslimin yang ikut Aksi 212.

Kembali Memperhatikan Muslim Emerging Market sebagai Segmen Pasar yang Perlu Diperhatikan.

Persangkaan baik Saya kepada Sari Roti, Saya yakin bahwa kaum Muslimin merupakan pembeli terbesar Sari Roti. Maka hal-hal sensitif terkait perasaan market harusnya dihindari guna menjaga keberlangsungan sales.

Ketika McD sibuk menyediakan musholla di setiap outletnya, ketika mall-mall baru sangat memperhatikan keberadaan masjid, maka alangkah baiknya Sari Roti memperhatikan Muslim sebagai emerging market yang memiliki daya beli.

Swadaya aksi 212 yang akhirnya menggerakan salah satu peserta untuk memborong seluruh roti di Hawker Tricycle adalah bukti daya beli kaum muslimin yang tidak bisa dianggap remeh.


Hindarilah Isu Kontroversial untuk Menaikkan Brand

Jika memang ada strategi untuk menaikan brand dengan viralitas kontroversi, mohon difikirkan juga ujungnya, apakah viralitas tersebut akan membawa Sari Roti kepada Brand Hell atau Brand Heaven.

Sebagai pelanggan Sari Roti Saya sangat terkejut dengan klarifikasi ini. Ada kalimat bahwa Sari Roti tidak ingin terlibat pada kegiatan politik, tetapi klarifikasi ini malah menyeret Sari Roti untuk lebih jauh terseret pada isu yang tidak seharusnya dimasuki.

Meminta Maaf kepada Kaum Muslimin dan Mengapresiasi Keputusan Peserta yang Memborong Produk Sari Roti

Sari Roti merupakan produk menengah yang menyasar segmentasi pasar menengah. Keputusan seorang peserta aksi tersebut merupakan keputusan baik bagi Sari Roti. Di tengah berbagai pilihan roti, customer memilih Sari Roti dan ini haruslah dihargai dan diapresiasi.

*****

Demikian komentar dan pendapat ini. Saya sebagai insan bisnis sangat berharap bahwa Sari Roti dapat melalui masalah ini dengan baik. Semoga pihak manajemen Sari Roti dapat mencerna postingan Saya dengan baik. Dan kemudian memutuskan hal terbaik untuk kelangsungan bisnisnya.

Mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga manfaat.

Tertanda,
Rendy Saputra
DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About Muslimina

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment