Kisah Para Dermawan pada Aksi Bela Islam III “Tolong, Mas, Makanan Saya Ini Diambil!”


AMIN dan Ujil akhirnya berjalan kaki. Kedua pria ini baru saja sampai di kawasan Senen, Jakarta Pusat. Maksud keduanya naik mobil sampai kawasan Monas, Jakarta Pusat, tak kesampaian.

Jumat itu, tiba di Senen, mereka menyaksikan jalur menuju Monas lewat Jl Kwitang Raya ternyata sudah dipenuhi ratusan ribu umat Islam. Jalanan macet.

Kendaraan jenis apapun tak bisa lagi melintas. Kebanyakan diam di tempat. Keduanya pun turun meninggalkan angkutan umum yang ditumpangi dari Jatiwaringin, Jakarta Timur.

Mereka lantas bergabung dengan lautan manusia yang berjalan kaki dari Senen ke Monas melintasi Jl Raya Kwitang.

Pagi itu sekitar pukul 09.00 WIB, langkah demi langkah pun mereka tempuh. Demi suatu niat dan tujuan, membela Islam dan al-Qur’an.

Mereka adalah peserta Aksi Bela Islam III yang berlangsung terpusat di lapangan Monas. Ini aksi ke sekian kalinya umat Islam menuntut tersangka penistaan agama, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), segera ditahan.

Amin, mahasiswa LIPIA Jakarta, dan Ujil, mahasiswa yang kuliah di luar negeri, merasa sangat terkesan dengan Aksi Super Damai 212 itu.

Bukan kebetulan, LIPIA saat itu meliburkan perkuliahannya. Sementara Ujil, menyengajakan pulang ke Indonesia mendekati tanggal 2 Desember 2016. Untuk ikut aksi dan pulang kampung

Selain berjalan kaki bersama ratusan ribu bahkan jutaan peserta aksi lainnya, banyak kesan lain yang mereka dapati pada hajatan besar menuntut keadilan hukum itu.

Dalam perjalanan menuju Monas, tutur keduanya, mereka mendapati banyak dermawan yang membagi-bagikan berbagai jenis makanan-minuman kepada para peserta yang melintas.

“Ada makanan, minuman, roti, kacang, biskuit, paling banyak nasi sama wade (kue),” tutur Ujil didampingi Amin. Keduanya sama-sama perantauan dari Pulau Kalimantan.

Bahkan, kata Amin, para dermawan itu tampak memelas-melas agar pemberian tulus mereka bisa diterima para peserta. Mereka seakan tak ingin niat baik tersebut terlewatkan.

“Ayo, Mas, makanannya, ambil, Mas!” pinta para dermawan itu.

“Tolong, Mas, ambil ini!” pinta dermawan lain.

“Makasih, Bu, Pak!” jawab Ujil mencoba menolak dengan halus.

“Ambil aja, Mas, buat bekal,” tuturnya diceritakan Ujil. Mahasiswa ini pun benar-benar takjub dengan suasana penuh pengorbanan dan persaudaraan tersebut.

Yang ini guyonan mereka. Saking terpukaunya keduanya, sampai-sampai dalam perjalanan dari Senen ke Monas itu, “(Sempat) lupa foto-foto aku,” canda Amin, dalam bincang-bincang ringan dengan hidayatullah.com di Jatiwaringin, Sabtu (03/12/2016) malam.* DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About Muslimina

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment