Kepala Politik Hamas Khaled Meshaal mengatakan dia tidak maju lagi dalam pencalonan sebagai pemimpin Hamas tahun depan.
“Khaled Meshaal akan menjadi mantan pemimpin biro politik Hamas tahun depan,” katanya di Ibukota Qatar Doha, Sabtu.
Meshaal, 60 tahun menjabat posisi ini sehak 1996.
Pada awalnya berkantor di Yordania, kemudian pindah ke Suriah pada 1999. Dia kemudian pindah dan tinggal di Qatar empat tahun lalu seiring pecahnya perang saudara di Suriah.
Pelbagai media menyebutkan bahwa deputi kepala Hamas, Ismail Haniyeh berencana menjabat posisi presiden biro politik Hamas menggantikan Meshaal dalam pemilu internal mendatang.
“Pemilu internal Hamas akan diselenggarakan tahun depan untuk memilih pemimpin biro politik Hamas yang baru,” kata Meshaal.
Refleksi
Sementara, Meshaal mengatakan bahwa Hamas telah membuat kesalahan dengan memimpin Jalur Gaza sendirian.
“Kami salah ketika kami berpikir bawa era Fatah telah berakhir dan digantikan Hamas,” katanya.
“Namun Fatah juga membuat kesalahan karena memarjinalisasi kami, “ungkapnya.
Hamas telah merebut kontrol Jalur Gaza pada 2007 setelah bentrokan antara dua kubu yang bersaing. Setelah merebut wilayah tersebut dari Fatah, Israel memblokade Jalur Gaza sehingga berdampak kepada kehidupan rakyat di kantong wilayah yang berbatasan dengan laut ini.
Ditanya hubungannya dengan Iran, Meshaal mengatakan bahwa kelompoknya mempertahankan hubungannya dengan Teheran “dalam kerangka kerja yang menyeimbangkan antara kebutuhan dan prinsip.”
Hamas mengakui bahwa Hamas kehilangan banyak dukungan “karena berpihak kepada orang-orang (tertentu).”
“Hamas adalah kelompok perlawanan dan membutuhkan senjata. Namun, masih berpihak dan tidak meninggalkan posisinya bahkan ketika kelompok ini tidak mendapatkan senjata,” katanya.
Hubungan Hamas dengan Mesir dan Suriah memburuk sebagai akibat revolusi Arab Spring -yang terjadi pada 2011.
Meshaal menganggap rakyat Suriah adalah “pahlawan” yang menjadi “korban kolusi internasional yang tak dikehendakinya.”
(permatafm)
0 komentar:
Post a Comment