Mengambil Pelajaran dan Nasehat Ulama dari Pemilu Irak dan Kuwait


Perhelatan pilkada di Indonesia dalam beberapa waktu belakangan menimbulkan polemik yang luar biasa. Tidak hanya di kalangan masyarakat umum, polemik juga terjadi pada kelompok aktivis dakwah.

Komunitas dakwah yang kabarnya memiliki sekira  juta -an orang jamaah ini kini semakin sering bertentang, entah di dunia nyata maupun dunia maya. Baik yang pro dengan memberikan suara dalam pemilu (nyoblos), ataupun yang kontra (golput), masing-masing memberikan alasan dan argumen atas pendapat yang mereka pilih.

Sayangnya, polemik yang terjadi dan terus menerus meruncing ini menjadi tumbuh secara tidak sehat lantaran satu kelompok menjelekkan kelompok lainnya. Sebutan-sebutan seperti “bermental tempe”, “fanboy Demokrasi”, ataupun “Penyembah kotak suara” sering tersematkan. Perbedaan pendapat terkadang masih belum bisa dipahami dengan bijaksana.

Tulisan ini merupakan sepenggal nasihat dari Mufti Arab Saudi, Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh beberapa tahun yang lalu ketika menyikapi pemilu yang terjadi di Irak. Semoga kaum muslimin di Indonesia bisa mengambil ibroh serta faedah dari nasihat yang beliau sampaikan. (Lihat Videonya Disini)

======================================

Dalam sebuah sesi tanya jawab, seorang penanya bernama Abu Ahmad yang berasal dari Kuwait melontarkan pertanyaan kepada Mufti Arab Saudi.

Penanya : “Tadi anda wahai Syaikh (dalam sesi materi) mewajibkan agar para penduduk Ahlussunnah di Irak wajib untuk turut serta dalam pemilu Irak. Apakah ini dibenarkan sementara Amerika berada (di belakang mereka)?”

Syaikh : “Wahai Abu Ahmad, bahwasanya Ahlussunnah, orang-orang yeng memiliki kebaikan dan berfikiran lurus serta memiliki niatan yang benar, jika mereka hanya berdiam diri dirumah dan menyerahkan perkara-perkara ini kepada sembarang orang, mereka tidak akan mendatangkan manfaat apapun.

Sebagai manusia, seorang tidaklah bisa merealisasikan semua hal yang dia inginkan. Hanya saja dia selalu berusaha seraya mengeluarkan kemampuan yang ia miliki. Dan semoga Allah memberikan rahmat bagi setiap muslim yang menolong agama Islam walaupun dengan sepotong kalimat.

Seorang muslim yang jujur, terkadang harus berhadapan dengan ribuan orang yang tidak jujur. Maka perkara ini kembali kepada niat seseorang, jika niat dan tujuan seseorang memperbaiki keadaan, dan Allah Maha Mengetahui hal ini, dalam artian dia ikut serta masuk (dalam pemerintahan) dengan tujuan untuk memperbaiki keadaan dan menetralisir keburukan, kita harap dia mendapatkan taufiq dari Allah.

Adapun bagi orang lainnya yang selain itu, maka janganlah dia menjadi penghalang dengan mengatakan, “Sudahlah, sudah ada orang yang siap berjuang. Kita tidak perlu lagi berbuat!”

Tidak, perkaranya bukan seperti itu. Kita harus turut berbuat, memberikan sumbangsih dan mengerahkan kemampuan kita untuk mewujudkan kebaikan. Dengan hal ini, kita bisa menjadikan orang-orang baik dan memiliki niat tersebut bisa berbuat lebih, serta tidak menyerahkan perkara yang besar ini kepada selain mereka.

Kalau sekiranya urusan (pemerintahan) ini diemban oleh selain orang-orang yang baik, maka yang terjadi adalah kita tidak bisa memegang apa-apa, bahkan akan semakin hilang kekuatan yang kita miliki”.

Penanya : “Wahai Syaikh, pemilu ini dilangsungkan dibawah tekanan penjajah Amerika yang sudah ada sejak empat tahun lalu. Bagaimanakah ini’?

Syaikh : “Wahai saudaraku, saya tidak mengatakan bahwa orang yang masuk (pemerintahan) akan bisa langsung membalikkan keadaan. Yang saya ingin sampaikan adalah bahwasanya orang yang baik, dengan niatan yang tulus ketika masuk (pemerintahan) mereka akan memiliki bagian (kemampuan untuk berbuat). Seorang mukmin yang baik dan memiliki niat yang tulus, semoga Allah memberinya kekuatan dan kecintaan manusia kepadanya”.

Penanya : “Wahai Syaikh, mereka sudah ada sejak empat tahun silam dan mereka belum merubah apapun”

Syaikh : “Jangan tergesa memandang perkara ini. Lihatlah kepada niat yang baik. Seseorang dengan niatan yang baik dan masuk (dalam pemerintahan) semoga Alloh memberikan kekuatan dan manfaat. Serta menyingkirkan orang-orang yang tidak semisal dengannya.

Dan perlu saya katakan, seorang muslim senantiasa berdakwah kepada Allah, dengan kadar kemampuan yang dimilikinya, baik hal yang diusahakan itu terealisasi ataupun tidak. Intinya adalah  Allah mengetahui bahwa dia telah berusaha dan mengerahkan tenaga untuk kebaikan. Dan niatan yang baik akan menghantarkan seseorang kepada apa yang ia niatkan. Sungguh Alloh tidak menyia-nyiakan pahala bagi orang yang memperbagus amalannya.

=============================

Catatan : Sebagian besar ahlussunnah di Irak kala itu tidak memberikan suara kepada calon anggota parlemen yang berasal dari Ahlussunnah. Terjadilah apa yang kini telah terjadi.

Kini, hanya dalam hitungan hari pemilu presiden di Indonesia akan segera dilangsungkan. Sebagai catatan, tokoh syiah nasional Jalaludin Rakhmat kini telah melenggang ke senayan dan menjadi anggota DPR. Keberhasilannya menjadi anggota DPR bahkan telah mendapatkan apresiasi langsung dari tokoh syiah internasional.

Dan kini, akankah kita kemudian hanya berdiam diri, tanpa bisa berbuat untuk menutup celah bagi Syiah dan para pembesarnya. Dan apakah dalam berdiam dirinya kita, kita masih sempat untuk menghujat saudara-saudara kita yang menyalurkan suaranya dalam pemilu mendatang?

Fatwa Syaikh Utsaimin

Bagi yang tidak memilih tentunya bisa berbesar hati, bertoleransi kepada sesama muslim. Berikut fatwa dari guru  Abu ‘Umar
Muhammad bin ‘Abdillah As-Saif yang merupakan Ketua Mahkamah Tamyiz Tertinggi Mujahidin Chechnya, beliau adalah Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah:

Beliau ditanya tentang pemilu di Kuwait, yang diikuti oleh para aktifis Islam, Syaikh Utsaimin menjawab:

أنا أرى أن الانتخابات واجبة, يجب أن نعين من نرى أن فيه خيراً, لأنه إذا تقاعس أهل الخير من يحل محلهم؟ أهل الشر, أو الناس السلبيون الذين ليس عندهم لا خير ولا شر, أتباع كل ناعق, فلابد أن نختار من نراه صالحاً
فإذا قال قائل: اخترنا واحداً لكن أغلب المجلس على خلاف ذلك, نقول: لا بأس, هذا الواحد إذا جعل الله فيه بركة وألقى كلمة الحق في هذا المجلس سيكون لها تأثير

Saya berpendapat, bahwa mengikuti pemilu adalah wajib, wajib bagi kita memberikan pertolongan kepada orang yang kita nilai memiliki kebaikan, sebab jika orang-orang baik tidak ikut serta, maka siapa yang menggantikan posisi mereka? Orang-orang buruk, atau orang-orang yang tidak jelas keadaannya, orang baik bukan, orang jahat juga bukan, yang asal ikut saja semua ajakan. Maka, seharusnya kita memilih orang-orang yang kita pandang adanya kebaikan. Jika ada yang berkata: “Kita memilih satu orang tetapi kebanyakan seisi majelis adalah orang yang menyelesihinya.” Kami katakan: “Tidak apa-apa, satu orang ini jika Allah jadikan pada dirinya keberkahan, dan dia bisa menyatakan kebenaran di majelis tersebut, maka itu akan memiliki dampak baginya.” (Liqo Bab Al-Maftuuh kaset No. 211)

Semoga Allah menjaga umat Islam di Seluruh dunia.



Red : Maulana Mustofa DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment